Panorama Gunung Botak

Oma Gertraud bersama dua tukang ojek di Gunung Bot

Seorang Oma dari Jerman yang bernama Gertraud mengirim e-mail dan meminta saya mengantarnya melihat beberapa kampung di sekitar Manokwari sehingga dia bisa bertemu penduduk asli Papua. Sewaktu masih sekolah dulu, Oma Gertraud sering diceritakan oleh gurunya tentang pemandangan Papua yang indah sekali dan keramahan penduduknya. Gurunya Oma Gertraud itu pernah tinggal lama di Papua. Sayang sekali saya lupa menanyakan nama dari guru itu.

Ketika tiba di Manokwari, saya pun mengantar Oma Gertraud ke Ransiki. Kami naik kendaraan umum yang mengantar kami melewati kawasan pesisir sebelah timur Pegunungan Arfak. Di sebelah kiri kami adalah tebing-tebing yang curam dengan pemandangan lautan biru yang menakjubkan. Sementara itu di kanan adalah Pegunungan Arfak yang terjal dan gagah perkasa, tempat burung-burung surga berdansa di dahan-dahan pohon di pagi hari.

Setelah tiba di kota Ransiki, saya segera mencari 2 tukang ojek yang bersedia membawa kami ke Gunung Botak. Masing-masingnya meminta 100 ribu rupiah. Kendaraan yang akan kami tumpangi ke sana adalah satu buah sepeda motor merek Honda Revo dan sepeda motor 2 tak merek Yamaha. Sebelum berangkat, kami singgah sebentar di sebuah warung yang menjual bensin. Tak lama kemudian, perjalanan ke Gunung Botak dimulai. Kami melewati Distrik Momi Waren dengan kampung-kampungnya yang berjejer di kedua sisi jalan. Sesekali kami melihat anak-anak Papua yang bermain di halaman rumah. Ada yang melambaikan tangan mereka kepada kami. 

Panorama Gunung Botak yang indah Sekali

Dari penuturan seorang tua bapak Jan Manusawai di Manokwari, bahwa sebelum masa Perang Pasifik, daerah ini dikuasai oleh para petani Jepang. Mereka menanam tanaman jute yang memiliki serat yang panjang dan kuat. Tiba-tiba saja sebelum Perang Pasifik pecah, mereka pulang ke negaranya. Kini tanaman serat jute yang berguna dan memiliki nilai ekonomis pembuatan tali maupun industri kertas terbengkalai begitu saja di sana.

Dua sepeda motor yang dikendarai oleh dua tukang ojek Papua ini melaju menyusuri jalan beraspal yang berlobang-lobang. Anak-anak muda ini lincah sekali. Sayang sekali, ketika hampir sampai di Gunung Botak, salah satu motor tiba-tiba mogok. Setelah memeriksa isi tangkinya, ternyata bahan bakarnya sudah habis. Maklum motor dua tak meskipun dapat berlari kencang, ternyata sangat boros bahan bakar. Salah satu kawannya, kembali ke kampung terdekat untuk membeli bahan bakar. Hari sudah sore ketika dia kembali dan kami pun bisa melanjutkan perjalanan ke Gunung Botak. Mengapa disebut Gunung Botak? Seperti yang tampak pada foto-foto di artikel ini, sebagian besar permukaannya tidak ditumbuhi pepohonan.

Kami berhenti di sebuah tanjung untuk mengambil gambar pemandangan pegunungan, teluk dan perairan yang indah sekali. Panorama Gunung Botak di daerah Manokwari Selatan ini indah sekali dan layak dijadikan sebagai daerah tujuan wisata. 

Anak-anak Papua yang baru saja kembali dari laut setelah memancing ikan

Beberapa kali Oma Gertraud berdiri bersama dengan tukang ojek itu dan beberapa anak muda Papua yang baru saja pulang dari laut untuk menangkap ikan. Mereka senang difoto bersama Oma Gertraud. Langit mulai ditutupi awan tebal pertanda sebentar lagi hujan lebat segera turun. 

Saya segera memasukkan kamera digital Nikon Coolpix P500 ke dalam tas dan menyelubunginya lagi dengan kantong plastik agar tidak dirusaki oleh air hujan. Kami pun kembali dan tiba di Ransiki di malam hari.

Sumber : http://dedyabriyanto1998.blogspot.com/2014/02/panorama-gunung-botak.html