KAYU AKWAY


Akway tumbuh di Pegunungan Arfak berketinggian 1.200—2.700 meter di atas permukaan laut. Pegunungan itu terletak di Kecamatan Menyambouw, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Jarak dari Manokwari 25 km ke arah tenggara. Menurut peneliti masyarakat Moule di Kampung Anggra dan Smerbei, Kecamatan Menyambouw, memanfaatkan akway merah besar sebagai obat kuat untuk kaum lelaki.

Secara turun-termurun masyarakat di Pegunungan Arfak yang terdiri atas 4 suku: Hatam, Meyakh, Moule, dan Sough memanfaatkan akway sebagai bahan alami untuk Jamu Kuat Lelaki yang mampu meningkatkan vitalitas seksual alias afrodisiak. Akway sebagai pembangkit gairah bukan rahasia lagi bagi masyarakat Papua.

Masyarakat setempat juga memanfaatkan kulit batang akway untuk mengobati beragam penyakit seperti bronkhitis, tuberkulosis, demam malaria, pneumonia, diare, dan asma. Untuk memperoleh khasiat akway, mereka mengeringkan kulit batang, lalu merebusnya, dan mengonsumsi hasil rebusan itu. Cara lain, menggigit kulit batang selama perjalanan jauh untuk meningkatkan daya tahan dan stamina.

Petugas teknisi Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Wawan Lukman yang mencoba mengikuti petuah kepala adat di Manokwari ketika hendak berangkat ke Arfak. Kepala adat menyodorkan ramuan kulit batang akway berwarna cokelat. Ia meminumnya dengan wadah tempurung kelapa. Wawan mengatakan berjalan kaki selama 9 jam hingga ke dataran tinggi Arfak ia tetap bugar. “Tak terasa capai”. Rekannya, peneliti Balittro, Ir Budi Martono, saat itu tak meminum rebusan akway dan hanya mampu berjalan kaki 4 jam. Di ketinggian 600 meter di atas permukaan laut, Budi akhirnya turun gunung.

Seperti banyak diceritakan bahwa rahasia Obahorok kepala suku Dani Papua, melayani 40 istrinya, plus 1 istri bulenya dari Amerika - karena khasiat kayu akway. Periset di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), yaitu Dr. Ir. Nurliana Bermawie dan Cahyaningsih, Agus Herdata dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan M Syakir dari Pusat Penelitian Pengembangan Perkebunan yang tergabung dalam tim peneliti akway dalam program Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi menyatakan riset ilmiah membuktikan bahwa akway (Drymis sp) berkhasiat sebagai afrodisiak atau Jamu Kuat Lelaki. Kulit batang berwarna merah dan aromatiknya mampu meningkatkan kadar testosteron dan gairah seksual.

Apa itu Kayu Akway?
Kayu akway (Drymis sp.) merupakan tumbuhan endemik Papua digunakan oleh penduduk setempat (Pegunungan Arfak) secara tradisional sebagai afrodisiak dan dapat digunakan sebagai substitusi impor afrodisiak. 
Tanaman Kayu Akway tumbuh secara alami di Papua dan tidak cocok untuk diperbanyak dengan stek. Terdapat kandungan bahan aktif yang bersifat afrodisiak dan berdasarkan uji efektifitasnya pada hewan, telah menunjukkan pengaruh yang positif. 

Jenis Kayu Akway 
Ada tiga jenis Kayu Akway yang telah teruji dan yang biasa digunakan masyarakat Pegunungan Arfak. Pada ketinggian 1200m, 1600m, 2000m dan 2400m dpl (dari permukaan laut), telah berhasil diidentifikasi dan dideskripsikan tiga jenis tersebut, yakni D. Winterii Wine, D. Beccariana Gibbs dan D. Piperita HOOK. 

Manfaat Kayu Akway 
Pemanfaatan Kayu Akway oleh masyarakat Moile di kampung Anggra dan Smerbei di pedalaman distrik Miyambouw sebelah Selatan Manokwari (Papua Barat) adalah sebagai obat kuat untuk kaum lelaki (dapat mengatasi mani encer dan lemah syahwat)maupun obat KB tetap untuk wanita (juga dapat mengurangi rasa sakit pada saat haid). 
Penggunaan lain dari Kayu Akway adalah untuk mengatasi TBC, pnuemonia, bronchitis. Disamping itu, baik kulit, akar maupun daun dari tanaman Akway Mambri maupun Akway Athon juga digunakan untuk mengobati demam malaria dan asma. 

Kandungan Kayu Akway 
Berdasarkan hasil analisis kimia menggunakan GC-MS pada ekstrak etanol kulit batang Kayu Akway ditemukan 12 senyawa dengan persentase limpahan 0,57-16,72 %. Senyawa dengan persentase limpahan tertinggi yang ditemukan adalah 7,11- Epoksi isogomakron 16,72%; ,10-Dimetil fenantren (polygodial) 8,12% dan 2,5-Dimetil-3-etilfuran 7,36% (Bermawie etal., 2006). 
Menurut Harbone (1987), senyawa dari golongan fenantren diketahui mampu meningkatkan produksi hormon pria dan bersifat afrodisiak. Hasil analisis ini mendukung klaim masyarakat mengenai kayu akway sebagai afrodisiak. Penemuan ini baru dan berbeda dengan klaim mengenai efek farmakologis dari polygodial yang diekstrak dari tanaman akway D. winteri. 

Apa itu Afrodisiak? 
Secara umum, Afrodisiak merupakan zat yang dapat digunakan untuk merangsang daya seksual. Berasal dari bahasa Yunani Aphrodite yang berarti dewi cinta Yunani kuno. 

Bagaimana Cara Mengkonsumsi Kayu Akway? 
Kayu Akway yang biasa dijual (termasuk yang kami jual) di pasaran (di Papua Barat) berbentuk keratan kulit batang kayu kering dengan panjang sekitar 15-30cm. 
Cara penggunaan yaitu dengan mengiris halus kulit kayu tersebut (tidak perlu banyak, sedikit saja) lalu direbus dengan satu gelas air lalu diminum, dengan dosis 2 sendok makan diminum dua kali seminggu. Bisa juga diseduh bersama teh hangat tanpa direbus, hanya dicampurkan ke dalam gelas dengan air teh yang hangat (akan lebih nikmat pastinya). Cukup mudah bukan?? 

Apakah ada Efek Samping? 
Saya juga menggunakan Kayu Akway. Dan sepanjang penggunaan saya tidak ada sama sekali efek samping. Ini benar-benar herbal alami. 

Bagaimana Mendapatkan Kayu Akway? 
Kami menjual Kayu Akway asli dari Pegunungan Arfak, Papua Barat. Kami melayani pembelian dari seluruh Indonesia.